Iman Kepada Rasul Allah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata
Pelajaran PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
disusun
oleh
1.Febrianda
2.Ahmad Fauzi
3.Arif rahman
4.Fakri mukti
5.M.Muksal Mina
6.Aditya Pranata
KELAS VIII-2
SMP N 2 LHOKSEUMAWE
2011
A.
Pengertian Iman Kepada Rasul-rasul Allah
Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman
yang keempat dari enam rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang
dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para
rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima
wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan
pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Menurut Imam Baidhawi, Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru untuk menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt. untuk menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai contoh bahwa nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau membantu menyebarkan syari’at yang dibawa nabi Musa AS.
Menurut Imam Baidhawi, Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru untuk menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt. untuk menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai contoh bahwa nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau membantu menyebarkan syari’at yang dibawa nabi Musa AS.
Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam
Q.S. Al Anbiya ayat 7 dan Al-Mukmin ayat 78 yang artinya: “ Kami tiada mengutus
rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang
kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang
berilmu jika kamu tiada mengetahui.” (Q.S. al Anbiya: 7)
"Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78)
Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. adalah mereka dari golongan laki-laki, tidak pernah ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak. Di antara para rasul itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan ada yang tidak.
عَنْ أَبِى ذَر قَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَمْ عِدَّةُ اْلاَنْبِيَاءِ ؟ قَالَ : مِائَةُ اَلْفٍ وَاَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ اَلْفًا اَلرُّسُلُ مِنْ ذَالِكَ ثَلاَثَةُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيْرًا (رَوَاهُ أَحْمَد)
"Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78)
Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. adalah mereka dari golongan laki-laki, tidak pernah ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak. Di antara para rasul itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan ada yang tidak.
عَنْ أَبِى ذَر قَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَمْ عِدَّةُ اْلاَنْبِيَاءِ ؟ قَالَ : مِائَةُ اَلْفٍ وَاَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ اَلْفًا اَلرُّسُلُ مِنْ ذَالِكَ ثَلاَثَةُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيْرًا (رَوَاهُ أَحْمَد)
"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya
bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah
para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul
sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad)
Berdasarkan hadis di atas jumlah nabi dan rasul ada 124.000 orang, diantaranya ada 315 orang yang diangkat Allah swt. menjadi rasul. Diantara 315 orang nabi dan rasul itu, ada 25 orang yang nama dan sejarahnya tercantum dalam Al Quran dan mereka inilah yang wajib kita ketahui, yaitu:
Berdasarkan hadis di atas jumlah nabi dan rasul ada 124.000 orang, diantaranya ada 315 orang yang diangkat Allah swt. menjadi rasul. Diantara 315 orang nabi dan rasul itu, ada 25 orang yang nama dan sejarahnya tercantum dalam Al Quran dan mereka inilah yang wajib kita ketahui, yaitu:
1. Adam AS. bergelar Abu al-Basyar (Bapak semua manusia) atau
manusia pertama yang Allah swt. ciptakan, tanpa Bapak dan tanpa Ibu, terjadi
atas perkenanNya “ Kun Fayakun” artinya “ Jadilah ! , maka terjelmalah
Adam.”Usia nabi Adam mencapai 1000 tahun.
2. Idris AS. adalah keturunan ke 6 dari nabi Adam. Beliau diangkat menjadi Rasul setelah berusia 82 tahun. Dilahirkan dan dibesarkan di sebuah daerah bernama Babilonia. Beliau berguru kepada nabi Syits AS.
2. Idris AS. adalah keturunan ke 6 dari nabi Adam. Beliau diangkat menjadi Rasul setelah berusia 82 tahun. Dilahirkan dan dibesarkan di sebuah daerah bernama Babilonia. Beliau berguru kepada nabi Syits AS.
3. Nuh AS. adalah keturunan yang ke 10 dari nabi Adam. Usianya
mencapai 950 tahun. Umat beliau yang membangkang ditenggelamkan oleh Allah swt.
dalam banjir yang dahsyat. Sedangkan beliau dan umatnya diselamatkan oleh Allah
swt. karena naik bahtera yang sudah beliau persiapkan atas petunjuk Allah swt.
4. Hud AS. adalah seorang rasul yang diutus kepada bangsa ‘Ad
yang menempati daerah Ahqaf, terletak diantara Yaman dan Aman (Yordania) sampai
Hadramaut dan Asy-Syajar, yang termasuk wilayah Saudi Arabia.
5. Shaleh AS.Beliau masih keturunan nabi Nuh AS. diutus untuk
bangsa Tsamud, menempati daerah Hadramaut, yaitu daratan yang terletak antara
Yaman dan Syam (Syiria). Kaum Tsamud sebenarnya masih keturunan kaum ‘Ad.
6. Ibrahim AS. putra Azar si pembuat patung berhala.
Dilahirkan di Babilonia, yaitu daerah yang terletak antara sungai Eufrat dan
Tigris. Sekarang termasuk wilayah Irak. Beliau berseteru dengan raja Namrud,
sehingga beliau dibakarnya dalam api yang sangat dahsyat, tetapi Nabi Ibrahim
tidak mempan dibakar, karena diselamatkan Allah swt. Beliau juga dikenal
sebagai Abul Anbiya (bapaknya para nabi), karena anak cucunya banyak yang
menjadi nabi dan rasul. Syari’at beliau banyak diamalkan oleh Nabi Muhammad
saw. antara lain dalam ibadah haji dan Ibadah Qurban, termasuk khitan.
7. Luth AS. Beliau keponakan nabi Ibrahim, dan beliau banyak
belajar agama dari nabi Ibrahim. Diutus oleh Allah swt. kepada kaum Sodom,
bagian dari wilayah Yordania. Kaum nabi Luth dihancurkan oleh Allah swt. dengan
diturunkan hujan batu bercampur api karena kedurhakaannya kepada Allah swt,
terutama karena perilaku mereka yang suka mensodomi kaum laki-laki.
8. Ismail AS. adalah putra nabi Ibrahim AS. bersama ayahnya
membangun (merenovasi) Ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam. Beliau adalah
seorang anak yang dikurbankan oleh ayahnya Ibrahim, sehingga menjadi dasar
pensyari’atan ibadah Qurban bagi umat Islam.
9. Nabi Ishak AS. putra Nabi Ibrahim dari isterinya, Sarah. Jadi nabi Ismail dengan nabi Ishak adalah saudara sebapak, berlainan ibu.
9. Nabi Ishak AS. putra Nabi Ibrahim dari isterinya, Sarah. Jadi nabi Ismail dengan nabi Ishak adalah saudara sebapak, berlainan ibu.
10. Ya’qub AS. adalah putra Ishaq AS. Beliaulah yang
menurunkan 12 keturunan yang dikenal dalam Al Quran dengan sebutan al Asbath,
diantaranya adalah nabi Yusuf yang kelak akan menjadi raja dan rasul Allah swt.
11. Yusuf AS putra nabi Ya’qub AS.Beliaulah nabi yang dikisahkan
dalam al Quran sebagai seorang yang mempunyai paras yang tampan, sehingga semua
wanita bisa tergila-gila melihat ketampanannya, termasuk Zulaiha isteri seorang
pembesar Mesir (bacalah kisahnya dalam Q.S. surah yusuf).
12. Ayyub AS. adalah putra Ish . Ish adalah saudara kandung
Nabi Ya’qub AS. berarti paman nabi Yusuf AS. Jadi nabi Ayyub dan nabi Yusuf
adalah saudara sepupu. Nabi Ayyub digambarkan dalam Al Quran sebagai orang yang
sangat sabar. Beliau diuji oleh Allah swt. dengan penyakit kulit yang sangat
dahsyat, tetapi tetap bersabar dalam beribadah kepada Allah swt. (bacalah
kembali kisahnya)
13. Dzulkifli AS. putra nabi Ayyub AS. Nama aslinya adalah
Basyar yang diutus sesudah Ayyub, dan Allah memberi nama Dzulkifli karena ia
senantiasa melakukan ketaatan dan memeliharanya secara berkelanjutan
14. Syu’aib masih keturunan nabi Ibrahim. Beliau tinggal di
daerah Madyan, suatu perkampungan di daerah Mi’an yang terletak antara syam dan
hijaz dekat danau luth. Mereka adalah keturunan Madyan ibnu Ibrahim a.s.
15. Yunus AS adalah keturunan Ibrahim melalui Bunyamin,
saudara kandung Yusuf putra nabi Ya’qub. Beliau diutus ke wilayah Ninive,
daerah Irak. Dalam sejarahnya beliau pernah ditelan ikan hiu selama 3 hari tiga
malam didalam perutnya, kemudian diselamatkan oleh Allah swt.
16. Musa AS. adalah masih keturunan nabi Ya’qub. Beliau diutus
kepada Bani Israil. Beliau diberi kitab suci Taurat oleh Allah swt.
17. Harun AS. adalah saudara nabi Musa AS. Yang sama-sama
berdakwah di kalangan Bani Israil di Mesir.
18. Dawud AS.adalah seorang panglima perang bani Israil yang
diangkat menjadi nabi dan rasul oleh Allah swt, diberikan kitab suci yaitu
Zabur. Beliau punya kemampuan melunakkan besi, suka tirakat, yaitu puasa dalam
waktu yang lama. Caranya dengan berselang-seling, sehari puasa, sehari tidak.
19.
Sulaiman AS. adalah putra Dawud. Beliau juga terkenal sebagai seorang raja yang
kaya raya dan mampu berkomunikasi dengan binatang (bisa bahasa binatang).
20. Ilyas AS. adalah keturunan Nabi Harun AS. diutus kepada
Bani Israil. Tepatnya di wilayah seputar sungai Yordan.
21. Ilyasa AS. berdakwah bersama nabi Ilyas kepada bani
Israil. Meskipun umurnya tidak sama, Nabi Ilyas sudah tua, sedangkan nabi
Ilyasa masih muda. Tapi keduanya saling bahu membahu berdakwah di kalangan Bani
Israil.
22. Zakaria AS. seorang nabi yang dikenal sebagai pengasuh dan
pembimbing Siti Maryam di Baitul Maqdis, wanita suci yang kelak melahirkan
seorang nabi, yaitu Isa AS.
23. Yahya AS. adalah putra Zakaria. Kelahirannya merupakan
keajaiban, karena terlahir dari seorang ibu dan ayah (nabi Zakaria) yang saat
itu sudah tua renta, yang secara lahiriyah tidak mungkin lagi bisa melahirkan
seorang anak.
24. Isa AS. adalah seorang nabi yang lahir dari seorang wanita
suci, Siti Maryam. Ia lahir atas kehendak Allah swt, tanpa seorang bapak.
Beliau diutus oleh Allah swt. kepada umat Bani Israil dengan membawa kitab
Injil. Beliaulah yang dianggap sebagai Yesus Kristus oleh umat Kristen.
25. Muhammad saw. putra Abdullah, lahir dalam keadaan Yatim di tengah-tengah masyarakat Arab jahiliyah. Beliau adalah nabi terakhir yang diberi wahyu Al Quran yang merupakan kitab suci terakhir pula.
25. Muhammad saw. putra Abdullah, lahir dalam keadaan Yatim di tengah-tengah masyarakat Arab jahiliyah. Beliau adalah nabi terakhir yang diberi wahyu Al Quran yang merupakan kitab suci terakhir pula.
B. Tugas Para Rasul
Tugas pokok para rasul Allah ialah menyampaikan wahyu yang
mereka terima dari Allah swt. kepada umatnya. Tugas ini sungguh sangat berat,
tidak jarang mereka mendapatkan tantangan, penghinaan, bahkan siksaan dari umat
manusia. Karena begitu berat tugas mereka, maka Allah swt. memberikan
keistimewaan yang luar biasa yaitu berupa mukjizat.
Mukjizat ialah suatu keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki para nabi atau rasul atas izin Allah swt. untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulannya, dan sebagai senjata untuk menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau menerima ajaran yang dibawakannya.
Mukjizat ialah suatu keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki para nabi atau rasul atas izin Allah swt. untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulannya, dan sebagai senjata untuk menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau menerima ajaran yang dibawakannya.
Adapun tugas para nabi dan rasul adalah sebagai berikut:
1. Mengajarkan aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan
kepada umat manusia bahwa:
a. Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan satu-satunya dzat yang harus disembah (tauhid ubudiyah).
b. Allah adalah maha pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya serta mengurusi, mengawasi dan mengaturnya dengan sendirinya (tauhid rububiyah)
c. Allah adalah dzat yang pantas dijadikan Tuhan, sembahan manusia (tauhid uluhiyah)
d. Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluqNya (tauhid sifatiyah)
2. Mengajarkan kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau beribadah kepada Allah swt. Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan dengan pasti oleh para rasul, tidak boleh dibikin-bikin atau direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah ibadah mahdhah seperti salat, puasa dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau menyimpang dari apa yang telah dicontohkan oleh rasul termasuk kategori “bid’ah,” dan bid’ah adalah kesesatan.
3. Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-hal yang dilarang dan mana yang harus dikerjakan menurut perintah Allah swt.
4. Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri dengan sifat-sifat yang utama seperti berkata benar, dapat dipercaya, menepati janji, sopan kepada sesama, santun kepada yang lemah, dan sebagainya.
a. Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan satu-satunya dzat yang harus disembah (tauhid ubudiyah).
b. Allah adalah maha pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya serta mengurusi, mengawasi dan mengaturnya dengan sendirinya (tauhid rububiyah)
c. Allah adalah dzat yang pantas dijadikan Tuhan, sembahan manusia (tauhid uluhiyah)
d. Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluqNya (tauhid sifatiyah)
2. Mengajarkan kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau beribadah kepada Allah swt. Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan dengan pasti oleh para rasul, tidak boleh dibikin-bikin atau direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah ibadah mahdhah seperti salat, puasa dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau menyimpang dari apa yang telah dicontohkan oleh rasul termasuk kategori “bid’ah,” dan bid’ah adalah kesesatan.
3. Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-hal yang dilarang dan mana yang harus dikerjakan menurut perintah Allah swt.
4. Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri dengan sifat-sifat yang utama seperti berkata benar, dapat dipercaya, menepati janji, sopan kepada sesama, santun kepada yang lemah, dan sebagainya.
5. Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib
sesuai dengan ketentuan yang digariskan Allah swt.
6. Memberikan kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya
yang patuh dan taat kepada perintah Allah swt. dan rasulNya bahwa mereka akan
mendapatkan balasan surga, sebagai puncak kenikmatan yang luar biasa.
Sebaliknya mereka membawa kabar derita bagi umat manusia yang berbuat zalim
(aniaya) baik terhadap Allah swt, terhadap manusia atau terhadap makhluq lain,
bahwa mereka akan dibalas dengan neraka, suatu puncak penderitaan yang tak terhingga.(Q.S.
al Bayyinah: 6-8)
Tugas-tugas rasul di atas, ditegaskan secara singkat oleh nabi
Muhammad saw.dalam sabdanya sebagai berikut:
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ ص م
: إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُِتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ
(رَوَاهُ أَحْمَد بن حَنْبَل)
(رَوَاهُ أَحْمَد بن حَنْبَل)
Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. pernah
bersabda: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. (H.R.
Ahmad bin Hanbal)
C. Tanda-Tanda Beriman Kepada Rasul-rasul Allah
C. Tanda-Tanda Beriman Kepada Rasul-rasul Allah
Di antara tanda-tanda orang yang beriman kepada rasul-rasul
Allah adalah sebagai berikut:
1. Teguh keimanannya kepada Allah swt
1. Teguh keimanannya kepada Allah swt
Semakin kuat keimanan seseorang kepada para rasul Allah, maka
akan semakin kuat pula keimanannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada para rasul
adalah bukti keimanan kepada Allah swt. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman
kepada Allah swt. tanpa disertai keimanan kepada rasulNya. Banyak ayat al Quran
yang menyuruh taat kepada Allah swt. disertai ketaatan kepada para rasulNya, antara
lain dalam surah An Nisa ayat 59, Ali Imran ayat 32, Muhammad ayat 33 dan
sebagainya.
Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam pertama adalah
pernyataan seorang muslim untuk tidak memisahkan antara keimanan kepada Allah
swt. di satu sisi, dan keimanan kepada Rasulullah di sisi lainnya. Dalam bahasa
lain, beriman kepada para rasul Allah dengan melaksanakan segala sunah-sunahnya
dan menghindari apa yang dilarangnya adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah
swt.
2. Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul
Kebenaran yang dibawa para rasul tidak lain adalah wahyu Allah
baik yang berupa Al-Quran maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu Allah
adalah masalah yang sangat prinsip bagi siapapun yang mencari jalan
keselamatan, karena wahyu Allah sebagai sumber petunjuk bagi manusia.
Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika
terlebih dahulu dia beriman kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut.
Mustahil ada orang yang langsung bisa menerima suatu kebenaran yang dibawa oleh
orang lain, padahal dia tidak yakin bahkan tidak mengenal terhadap sipembawa
kebenaran tersebut.
Allah menjelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 285 yang artinya
sebagai berikut:
“Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.”(Q.S. Al Baqarah 285)
“Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.”(Q.S. Al Baqarah 285)
Bagi tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakini kebenaran
yang dibawa oleh para rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran
tersebut. Bagi umat Nabi Muhammad saw. tentulah kebenaran atau ajaran yang
diamalkannya ialah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
3. Tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan yang lain
3. Tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan yang lain
Dengan beriman kepada rasul-rasul Allah otomatis berarti tidak
membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan rasul yang lain. Artinya seorang
mukmin dituntut untuk meyakini kepada semua rasul yang pernah diutus oleh Allah
swt. Tidak akan terlintas sedikitpun dalam hatinya untuk merendahkan salahsatu
dari rasul-rasul Allah atau beriman kepada sebagian rasul dan kufur kepada
sebagian yang lain. Sikap seorang mukmin adalah seperti yang digambarkan oleh
Allah swt. dalam surah Al Baqarah ayat 285: yang artinya sebagai berikut:
"...Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya." Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah : 285)
4. Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah
"...Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya." Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah : 285)
4. Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah
Para rasul yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk memimpin
umatnya adalah orang-orang pilihan di antara mereka. Sebelum menerima wahyu
dari Allah swt, mereka adalah orang-orang yang terpandang di lingkungan
umatnya, sehingga selalu menjadi acuan perilaku atau suri tauladan bagi
orang-orang di lingkungannya.Apalagi setelah menerima wahyu, keteladanan mereka
tidak diragukan lagi, karena mereka selalu mendapat bimbingan dari Allah swt.
Dalam surah Al Ahzab ayat 21 Allah swt. menegaskan sebagai
berikut:
“Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik
bagi kamu,” (Q.S. Al Ahzab ayat 21).
Sebab itu, apa yang diucapkan atau yang dikerjakan rasulullah
harus dicontoh atau diikuti, dan sebaliknya apa –apa yang dilarangnya harus
dihindarkan. (Q.S. Al Hasyr ayat 7).
Selain itu, keharusan kita meneladani rasul-rasul Allah karena
alasan-alasan sebagai berikut:
a. Semua rasul-rasul dima’shum oleh Allah swt. Artinya mereka selalu dipelihara dan dijaga oleh Allah swt. untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan keji atau dosa. Selaku manusia sebenarnya bisa jadi mereka berbuat kesalahan, tetapi langsung oleh Allah swt. ditegur atau diluruskan.( Sebagai contoh coba anda baca asbabunnuzul surah ‘Abasa).
a. Semua rasul-rasul dima’shum oleh Allah swt. Artinya mereka selalu dipelihara dan dijaga oleh Allah swt. untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan keji atau dosa. Selaku manusia sebenarnya bisa jadi mereka berbuat kesalahan, tetapi langsung oleh Allah swt. ditegur atau diluruskan.( Sebagai contoh coba anda baca asbabunnuzul surah ‘Abasa).
b. Semua rasul Allah mempunyai sifat-sifat terpuji yang
merupakan tanda kesempurnaan pribadi mereka. Sifat-sifat terpuji tersebut
adalah sebagai berikut:
1). Shiddiq (benar). Mereka selalu berkata benar, dimana, kapan dan dalam keadaan bagaimanapun mereka tidak akan berdusta (kadzib).
1). Shiddiq (benar). Mereka selalu berkata benar, dimana, kapan dan dalam keadaan bagaimanapun mereka tidak akan berdusta (kadzib).
2). Amanah, yaitu dapat dipercaya, jujur, tidak mungkin
khianat.
3). Tabligh, artinya mereka senantiasa konsekwen menyampaikan
kebenaran (wahyu) kepada umatnya. Tidak mungkin mereka menyembunyikan kebenaran
yang diterimanya dari Allah swt. (kitman), meskipun mereka harus menghadapai
resiko yang besar.
4). Fathanah, artinya semua rasul-rasul adalah manusia-manusia yang cerdas yang dipilih Allah swt. Tidak mungkin mereka bodoh atau idiot (baladah).
4). Fathanah, artinya semua rasul-rasul adalah manusia-manusia yang cerdas yang dipilih Allah swt. Tidak mungkin mereka bodoh atau idiot (baladah).
Setiap rasul yang diutus oleh Allah swt. pasti membawa rahmat
bagi umatnya. Artinya kedatangan rasul dengan membawa wahyu Allah adalah bukti
kasih sayang (rahmat) Allah terhadap manusia. Rahmat itu akan betul-betul bisa
diraih oleh manusia (umatnya) manakala mereka langsung merespon terhadap tugas
rasul tersebut. Di dalam Al-Quran dikatakan bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw.
ke dunia merupakan rahmat (kesejahteraan) hidup di dunia dan akhirat."Dan
tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi
seluruh alam semesta." (Q.S. Al-Anbiya : 107)
6. Meyakini Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul
terakhir
Nabi Muhammad saw. adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus
oleh Allah swt. ke muka bumi ini. Tidak akan ada lagi nabi atau rasul sesudah
beliau saw. Hal ini merupakan keyakinan umat Islam yang sangat prinsip dan
telah disepakati oleh seluruh ulama mutaqaddimin dan mutaakh-khirin yang
didasarkan kepada dalil-dalil naqli yang qath’i (pasti) dan dalil-dalil “aqli
yang logis antara lain sebagai berikut:
a..Q.S. Al Ahzab ayat 40 yang artinya: “ Muhammad itu
sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia
adalah rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah maha mengetahui
terhadap segala sesuatu. (Q.S. Al Ahzab: 40)
Dalam ayat ini Allah menyatakan secara jelas bahwa Muhammad adalah khatamannabiyin (penutup para nabi).
Dalam ayat ini Allah menyatakan secara jelas bahwa Muhammad adalah khatamannabiyin (penutup para nabi).
b. Dalam hadis Mutawatir yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin
Hambal dari Anas
bin Malik sebagai berikut:
bin Malik sebagai berikut:
اِنَّ الرِّسَالَةَ وَالنُّبُوَّةَ قَدِ انْقَضَتْ فَلاَ
نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلاً بَعْدِى
(رَوَاهُ اَحْمَد بن حَنْبَل)
Sesungguhnya risalah kenabian itu telah habis. Maka tidak ada
nabi dan rasul sesudahku.( H.R. Ahmad bin Hambal)
c. Dalam hadis shahih riwayat Imam Bukhari, Ahmad Ibnu Hibban
dari Abi Hurairah sebagai berikut:
مَثَلِي وَمَثَلُ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِي كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى دَارًا بِنَاءً فَاَحْسَنَهُ وَأَجْمَلَهُ إِلَّا مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ زَاوِيَةٍ مِنْ زَوَايَاهُ فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِهِ وَيَعْجَبُونَ لَهُ وَيَقُولُونَ : هَلَّا وَضَعْتَ هَذِهِ اللَّبِنَةُ ؟ قَالَ فَأَنَا اللَّبِنَةُ وَأَنَا خَاتِمُ الأَنْبِيَاءِ (رَوَاهُ الْبُخَارِى)
Sesungguhnya perumpamaan diriku dengan nabi-nabi sebelumku adalah sama dengan seseorang yang membuat sebuah rumah; Diperindah dan diperbagusnya (serta diselesaikan segala sesuatunya) kecuali tempat (yang dipersiapkan) untuk sebuah batu bata di sudut rumah itu. Orang-orang yang mengelilingi rumah itu mengaguminya, tetapi bertanya: “Mengapa engkau belum memasang batu bata itu ?” Nabipun berkata: “ Sayalah batu bata (terakhir) sebagai penyempurna itu, dan sayalah penutup para nabi.” (H.R. Bukhari)
d. Dalam hadits Shahih Bukhari Muslim dari Abi Hurairah r.a. dinyatakan sebagai berikut:
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَبْعَثَ رِجَالُوْنَ كَذَّابُوْنَ قَرِيْبٌ مِنْ ثَلاَثِيْنَ كُلُّهُمْ يَزْعَمُ اَنَّهُ رَسُوْلَ اللهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِم عَنْ اَبِى هُرَيْرَة)
Artinya:
Tidak akan terjadi kiamat kecuali akan keluar (muncul) tukang-tukang bohong (para penipu) kira-kira 30 orang. Semuanya mengaku dirinya sebagai rasul Allah. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah).
مَثَلِي وَمَثَلُ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِي كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى دَارًا بِنَاءً فَاَحْسَنَهُ وَأَجْمَلَهُ إِلَّا مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ زَاوِيَةٍ مِنْ زَوَايَاهُ فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِهِ وَيَعْجَبُونَ لَهُ وَيَقُولُونَ : هَلَّا وَضَعْتَ هَذِهِ اللَّبِنَةُ ؟ قَالَ فَأَنَا اللَّبِنَةُ وَأَنَا خَاتِمُ الأَنْبِيَاءِ (رَوَاهُ الْبُخَارِى)
Sesungguhnya perumpamaan diriku dengan nabi-nabi sebelumku adalah sama dengan seseorang yang membuat sebuah rumah; Diperindah dan diperbagusnya (serta diselesaikan segala sesuatunya) kecuali tempat (yang dipersiapkan) untuk sebuah batu bata di sudut rumah itu. Orang-orang yang mengelilingi rumah itu mengaguminya, tetapi bertanya: “Mengapa engkau belum memasang batu bata itu ?” Nabipun berkata: “ Sayalah batu bata (terakhir) sebagai penyempurna itu, dan sayalah penutup para nabi.” (H.R. Bukhari)
d. Dalam hadits Shahih Bukhari Muslim dari Abi Hurairah r.a. dinyatakan sebagai berikut:
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَبْعَثَ رِجَالُوْنَ كَذَّابُوْنَ قَرِيْبٌ مِنْ ثَلاَثِيْنَ كُلُّهُمْ يَزْعَمُ اَنَّهُ رَسُوْلَ اللهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِم عَنْ اَبِى هُرَيْرَة)
Artinya:
Tidak akan terjadi kiamat kecuali akan keluar (muncul) tukang-tukang bohong (para penipu) kira-kira 30 orang. Semuanya mengaku dirinya sebagai rasul Allah. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah).
e. Q.S. Al-Maidah ayat 3 yang artinya: “Pada hari ini
Kusempurnakan untuk kamu agama kamu, dan telah kucukupkan nikmatKu, dan telah
Kuridhai Islam menjadi agama buat kamu.”
Ayat di atas adalah wahyu Allah swt. yang terakhir diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Dalam ayat ini Allah swt. Menyatakan bahwa Islam sebagai agama yang diridhaiNya dan bersumberkan dari wahyuNya telah sempurna. Artinya tidak perlu lagi ada tambahan atau pengurangan yang menggambarkan ketidaksempurnaannya.
Ayat di atas adalah wahyu Allah swt. yang terakhir diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Dalam ayat ini Allah swt. Menyatakan bahwa Islam sebagai agama yang diridhaiNya dan bersumberkan dari wahyuNya telah sempurna. Artinya tidak perlu lagi ada tambahan atau pengurangan yang menggambarkan ketidaksempurnaannya.
f. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik
تَرَكْتُ
فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ مَا اِنْ تَمَسَّكْتُمْ
بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوْا اَبَدًا
كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ رَسُوْلِهِ
(رَوَاهُ مَالِك)
Artinya:
“Dua hal telah aku tinggalkan pada kalian, jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Dua perkara itu ialah Al Quran dan Sunah Nabi.” (H.R. Imam Malik)
“Dua hal telah aku tinggalkan pada kalian, jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Dua perkara itu ialah Al Quran dan Sunah Nabi.” (H.R. Imam Malik)
Hadits di atas menjelaskan bahwa cukuplah bagi umat Islam
untuk menjadikan Al-Quran dan sunnah nabi saja sebagai pedoman hidupnya. Selama
mereka tetap konsisten dengan keduanya sampai kapanpun dan dimanapun tidak akan
tersesat. Sebab Al-Quran merupakan kitab terlengkap yang mampu memberikan
solusi kepada seluruh aspek kehidupan manusia sebagaimana dinyatakan Allah
dalam firmannya: “Tidaklah kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab (Al
Quran), kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpun. (Q.S. Al An’am: 38). Demikian
pula Nabi Muhammad saw.seluruh kehidupannya baik ucapan, perbuatan ataupun
ketetapannya merupakan rujukan bagi kita.
Dengan demikian, jika ada lagi nabi setelah nabi Muhammad saw.
berarti wahyu Allah akan turun lagi dan akan ada lagi serentetan hadis dari
nabi atau rasul yang baru tersebut. Ini berarti menunjukkan ketidak sempurnaan
ajaran Allah swt, ketidak validan Al Quran, dan ketidak lengkapan atau
kelemahan sunah nabi. Hal ini sangat mustahil dan sangat bertentangan dengan
pernyataan Allah swt. dalam Q.S. Al Maidah ayat 3 dan hadis nabi di atas.
Sungguh ini merupakan pelecehan terhadap Allah, Al-Quran dan nabi Muhammad Saw.
Naudzubillah min dzalika. Pantaslah kita simak pernyataan Syaikh Jamaluddin
Muhammad Al Anshari dalam bukunya “ Lisanul Arab” sebagai berikut:
“Merujuk kepada Al Quran dan hadis mutawatir di atas, kalau
ada orang yang mengatakan masih akan ada nabi setelah nabi Muhammad saw. atau
ada orang yang mengaku menjadi nabi atau rasul maka mereka telah sesat dan
kafir.”
7. Mencintai Nabi Muhammad saw.
Mencintai nabi Muhammad saw. adalah suatu keniscayaan dan
menduduki peringkat yang paling tinggi, tentu setelah kecintaan kepada Allah
swt, dibandingkan dengan kecintaan kepada selain beliau. Seseorang belum
dikatakan sungguh-sungguh mencintai Rasulullah saw. jika ia masih menomorduakan
kecintaan kepada beliau di bawah kecintaan kepada selain beliau. Mari kita
renungkan firman Allah swt. dalam Q.S. At-Taubah ayat 24 yang artinya sebagai
berikut:
“ Katakanlah , “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri dan kaum
keluarga kalian ; juga harta kekayaan yang kalian khawatirkan
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih
kalian cintai daripada Allah dan RasulNya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan (azab)-Nya.” Allah tidak memberikan petunjuk kepada
orang-orang fasiq.” (Q.S. At-Taubah ayat 24)
Kecintaan kepada Allah swt. dan Rasul-Nya juga merupakan parameter keimanan seseorang. Lebih dari itu, manisnya iman akan dirasakan seorang muslim jika dia telah menjadikan Allah swt. dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada ragam kecintaannya kepada sekelilingnya. Rasulullah saw. telah bersabda:
Kecintaan kepada Allah swt. dan Rasul-Nya juga merupakan parameter keimanan seseorang. Lebih dari itu, manisnya iman akan dirasakan seorang muslim jika dia telah menjadikan Allah swt. dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada ragam kecintaannya kepada sekelilingnya. Rasulullah saw. telah bersabda:
ثَلاَثَةٌ
مَنْ كَانَ فِيْهِ وَجَدَ
حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ : اَنْ يَكُوْنَ اللهُ
وَرَسُوْلُهُ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِمَّا
سِوَاهُمَا وَاَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ
لاَ يُحِبُّهُ اِلاَّ ِللهِ وَ
اَنْ يَكْرَهَ اَنْ يَعُوْدَ فِِى
الْكُفْرِ بَعْدَ اِذْ اَنْقَذَهُ
اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ
اَنْ يُلْقَى فِى النَّارِ
(رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِم عَنْ اَنَس)
Ada tiga perkara, siapa yang memilikinya, ia telah menemukan manisnya iman: 1) orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lainnya; 2) orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah; 3) orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api neraka.
Ada tiga perkara, siapa yang memilikinya, ia telah menemukan manisnya iman: 1) orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lainnya; 2) orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah; 3) orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api neraka.
(H.R. Muttafaq alaih )
Dalam kitab Min Muqawwimat an- Nafsiyah al –Islamiyah arti
cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati dan mengikuti
perintah Allah dan Rasul-Nya.” Al Baidhawi berkata, :” Cinta adalah keinginan
untuk taat.”Al-Zujaj juga berkata: “Cinta manusia kepada Allah dan Rasul-Nya
adalah mentaati keduanya serta meridhai segala perintah Allah dan segala ajaran
yang dibawa Rasullah saw.”
Kecintaan kita kepada Rasulullah saw. mengharuskan kita untuk
menyelaraskan semua hal yang terkait dengan pribadi maupun sosial kita.
D. Bukti-bukti Cinta Kepada Rasul
Bukti-bukti cinta kepada Rasul harus meneladani seluruh aspek
kehidupan Rasulullah, misalnya:
1. Dalam ibadahnya; diwujudkan dalam bentuk ketundukan dalam menjalankan dan memelihara salat sesuai dengan tuntunan beliau. Beliau bersabda:
صَلُّوْا كَمَا رَاَيْتُمُوْنِى اُصَلِّى
1. Dalam ibadahnya; diwujudkan dalam bentuk ketundukan dalam menjalankan dan memelihara salat sesuai dengan tuntunan beliau. Beliau bersabda:
صَلُّوْا كَمَا رَاَيْتُمُوْنِى اُصَلِّى
Salatlah kalian sebagaimana aku salat. (H.R. Bukhari)
2. Dalam tatacara berpakaian yang menutup aurat, sopan, bersih
dan indah, makan makanan yang halal, bersih dan bergizi, makan tidak sampai
kenyang, tidak makan kecuali setelah dalam keadaan lapar.
3. Dalam berkeluarga, misalnya sebagai seorang suami yang
harus melindungi, mencintai dan menyayangi keluarganya. Beliau bersabda:
حُبِّبَ اِلَيَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ
ثَلاَثٌ : اَلطِّيْبُ وَالنِّسَاءُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِى فِى
الصَّلاَةِ (رَوَاهُ النّسَائِ)
Telah ditanamkan padaku di dunia ini tiga perkara: rasa cinta
kepada wanita, wewangian, serta dijadikan mataku sejuk terhadap salat. (H.R.
an-Nasai)
4. Sebagai pemimpin umat, Beliau lebih mendahulukan
kepentingan umatnya daripada kepentingan pribadinya; Beliau bukan tipe manusia
individualistik yang hanya memikirkan dirinya sendiri.
5. Sebagai anggota masyarakat, Beliau bukan manusia yang suka
berdiam diri di rumah seraya memisahkan diri dengan masyarakat sekitar, tetapi
selalu berinteraksi dengan semua
lapisan masyarakat dan sering mengunjungi rumah-rumah para
sahabatnya.
E. Nilai-nilai Yang Harus Diaplikasikan Dalam Kehidupan
Sehari-hari
1. Istiqamah dalam menjalankan syari’at agama
2. Tabah dan sabar dalam menghadapi musibah
3. Selalu optimis dan tidak pernah putus asa
4. Peduli terhadap kaum dhu’afa
5. Selalu melaksanakan ibadah-ibadah sunah
6. Tidak membeda-bedakan para Rasul-rasul Allah
7. Meyakini isi kitab-kitab yang dibawa oleh para Rasul
8. Meyakini para Rasul memiliki sifat-sifat terpuji
9. Menjadikan Rasul sebagai suri tauladan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar